Selasa, 10 Desember 2013

Poros Penggerak Roda/ Axle haft


Axle shaft atau poros penggerak roda adalah merupakan
poros pemutar roda-roda penggerak yang berfungsi
meneruskan tenaga gerak dari differential ke roda-roda. Axle
shaft pada kendaraan dibedakan menjadi dua yakni front
axle shaft (poros penggerak roda depan) dan rear axle shaft
(poros penggerak roda belakang). Pada kendaraan FF, front
axle shaft sebagai driving axle shaft, sedangkan pada
kendaraan tipe FR, rear axle shaft sebagai driving axle shaft.
Pada kendaraan 4WD atau AWD, front axle shaft maupun
rear axle shaft sebagai driving axle shaft.
2) Poros Penggerak Roda Belakang/ Rear Axle Shaft
Roda belakang umumnya menumpu beban lebih berat
daripada roda depan, sehingga konstruksi poros penggerak
rodanya juga relatif lebih kuat. Pemasangan poros akan
dipengaruhi oleh tipe/ jenis suspensi yang digunakan. Secara
39
Drive Shaft
Lower Arm
umum tipe suspensi yang digunakan ada dua kelompok yaitu
suspensi bebas (independent) dan suspensi kaku (rigid).
Pada tipe suspensi independent, jenis axle shaft yang
digunakan umumnya adalah tipe melayang (floating shaft
type), dimana poros bebas dari menumpu beban dan bebas
bergerak mengikuti pergerakan roda akibat suspensi
kendaraan.
Gambar 46. Konstruksi Poros Melayang
Pada suspensi rigid pada umumnya menggunakan tipe poros
memikul dimana axle shaft diletakkan di dalam axle housing,
yang dipasangkan berkaitan melalui bantalan.
Gambar 47. Konstruksi Poros Memikul
Poros memikul terdiri dari 3 tipe, yaitu : full floating, threequarter
floating dan semi-floating. Nama tipe poros tersebut
40
mencerminkan kebebasan poros untuk tidak menyangga
beban kendaraan. Full floating berarti sepenuhnya poros
tidak menyangga beban, three-quarter floating berati ¾
beban kendaraan tidak ditumpu oleh poros (poros
menyangga ¼ beban) sedangkan semi floating berarti poros
hanya menumpu ½ beban.
Gambar 48. Konstruksi poros memikul model full floating
Pada tipe ini bantalan-bantalan dipasangkan diantara
haousing dan wheel hub, sedangkan roda dipasangkan pada
hub. Beban kendaraan sepenuhnya ditumpu oleh axle
housing, sedangkan poros roda tidak memikul beban, hanya
berfungsi menggerakkan roda. Model ini sangat bagus untuk
kendaraan berbeban berat.
Gambar 49. Konstruksi poros memikul model three-quarter floating
Pada tipe three-quarter floating, hanya dipasangkan sebuah
bantalan di antara axle housing dan wheel hub. Roda
dipasangkan langsung pada poros roda. Hampir seluruh
41
beban ditumpu oleh housing. Gaya lateral (lateral force) baru
akan bekerja pada poros/ axle bila kendaraan membelok.
Gambar 50. Konstruksi poros memikul model semi floating
Tipe semi floating banyak dipakai pada kendaraan ringan.
Hampir seluruh beban kendaraan dipikul oleh axle shaft,
demikian juga gaya lateral (lateral force) pada saat
kendaraan membelok. Bantalan dipasangkan diantara axle
housing dan axle shaft, sedangkan roda dipasangkan
langsung pada axle shaft.
3) Poros Penggerak Roda Depan/ Front Axle Shaft
Pada kendaraan FF front axle berfungsi sebagai penggerak.
Konstruksi Front axle dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 51. Konstruksi Poros Penggerak Depan
Poros penggerak roda adalah poros yang berfungsi sebagai
pemindah tenaga dari differential ke roda-roda. Pada
Intermediate Shaft
42
kendaraan tipe FF, poros penggerak harus memiliki 2
persyaratan, yaitu : harus mempunyai mekanisme yang
menyerap perubahan panjang dari poros penggerak yang
mengiringi gerakan roda naik dan turun; harus dapat
memelihara operasi sudut yang sama ketika roda depan
dikemudikan dan harus memutar roda saat membentuk
kecepatan karena roda depan digunakan secara bersamaan
untuk pengemudian dan pemindahan tenaga.
Komponen/ sistem yang digunakan untuk memenuhi
persyaratan tersebut adalah universal joint tipe constant
velocity joint (CV Joint)
Constant velocity joint adalah tipe universal joint yang
memungkinkan untuk digunakan pada kendaraan FF, dimana
poros mampu meneruskan tenaga sambil terjadi perubahanperubahan
sudut. Ada dua jenis CV joint, yaitu : birfield joint
dan tripod joint.
Gambar 52. Konstruksi Birfield Joint
Konstruksi birfield joint adalah seperti gambar di atas. Inner
race dipasang ke dalam outer race yang berbentuk mangkuk
dengan menahan enam bola baja oleh suatu rangka.Tipe ini
43
banyak digunakan karena konstruksinya yang sederhana dan
kapasitas pemindahannya cukup besar.
Gambar 53. Konstruksi Tripod Joint
Sebuah tripod dengan tiga buah trunnion shaft pada plane
yang sama. Tiga buah roller dipasangakan pada trunnion ini
dan ke masing-masing roller dipasangkan tiga tulip dengan
celah paralel. Konstruksi ini juga sederhana dan umumnya
dapat bergerak dalam arah axial.

Tune Up

Senin, 02 Mei 2011

Tune Up merupakan kegiatan mengembalikan kondisi mesin kekeadaan normal yang meliputi beberapa sistem diantaranya :
a. sisterm pendingin
b. sistem pelumasan
c. sistem bahan bakar
d. sistem pengapian
e. pemeriksaan baterai
f. pengencangan baut kepala silinder

g. pemeriksaan sirkulasi air atau radiator
h. sudut dwel
i. penyetelan ignition timming




DIJELASKAN SEBAGAI BERIKUT :

A. SISTEM PENDINGIN.

pemeriksaan ini di bagi atas:
1. Kekencangan tali kipas
Periksa kipas kemungkinan terjadi keretakan lalu periksa kekencangan tali kipas menggunakan tension belt gauge (tekanan = 125 +- 25)







2. Tekanan radiator
buka tutup radiator lalu pasang RADIATOR CUP TESTER dengan RADIATOR lalu tekan batang penekan hingga tekanan maximum, pastikan tekanannya tidak turun. jika turun? maka periksa kebocoran pada radiator

3. Tekanan tutup radiator
pasang RADIATOR CUP TESTER dengan TUTUP RADIATOR lalu tekan batang penekan hingga tekanan maximum, pastikan tekanannya tidak turun. jika turun? maka periksa kebocoran pada tutup radiator




B. SISTEM PELUMASAN

pemeriksaan ini di bagi atas:
1. Pemeriksaan kuantitas oli
Angkat dipstik dari tempatnya kemudian lap permukaan diptsik dengan kain, kemudian masukkan lagi dipstik ke lubang oli, lalu angkat kembali dan periksa secara visual VOLUME OLI ( diantara H dan L)




2. Pemeriksaan kualitas oli
Pada waktu yang bersamaan periksa kualitas oli dengan cara teteskan setetes oli ke tangan kemudian gesek-gesek oli dengan tangan yang lain dan amati perubahan warna oli (warna harus hitam pekat)



C. SISTEM BAHAN BAKAR




Pemeriksaan ini dibagi atas :

1. Pemeriksaan saringan bahan bakar




Lepas saringan bahan bakar dengan cara melepas baut kleman lalu ambil saringan dan bersihkan dengan KOMPRESOR dari lubang EX=>IN=>EX


2. Pemeriksaan saringan udara




Lepas saringan udara dengan cara melepas baut kupu lalu ambil elemen saringan udara dan bersihka dari bagian dalam => bagian luar =>dan bagian dalam




D. SISTEM PENGAPIAN ( DENGAN INTERNAL RESISTOR )

pemeriksaan COIL dibagi atas :
1. Pemeriksaan tahanan primer
Dengan cara KALIBRASI MULTITESTER pada OHM lalu pasang positif multi pada positif coil, begitu pula negatifnya



2. Pemeriksaan tahanan sekunder
Dengan cara KALIBRASI MULTITESTER pada KILO-OHM lalu pasang positif multi pada positif coil dan negatif multi pada sekundary coil











E. PERIKSAAN BATERAI ATAU ACCU



Pemeriksaan baterai dibagi atas :

1. Berat jenis baterai
Ambil baterai lalu buka tutup baterai kemudian periksa berat jenis pada tiap-tiap sel dengan HIDROMETER (1,25-1,27 kg/l)

2. Tutup baterai
periksa secara visual ventilasi tutup baterai dari kemungkinan tersumbat, bila perlu bersihkan dengan kompresor

3. Tegangan baterai
kalibrasi multitester pada 50 DCV kemudian periksa tegangan dengan multi

4. Kondisi terminal
periksa secara visual keadaan terminal baterai dari kemungkinan korosi atau terbakar

5. Kotak baterai
periksa secara visual keadaan kotak baterai dari kemungkianan retak

6. Volume baterai
periksa secara visual VOLUME ELEKTROLIT baterai (antara upper dan lowert level)


F. PENGENCANGAN BAUT KEPALA SILINDER





Buka tutup kepala silinder lalu kencangkan baut kepala silinder dengan kunci moment dengan urutan yang benar kemudian tutup kembali








G. PEMERIKSAAN SIRKULASI AIR RADIATOR



langkah berikut dengan cara bika tutup radiator kemudian lihat secara visual air dengan menekan LENGAN GAS pada KARBURATOR. jika sirkulasi baik tutup kembali tutup radiator pada radiator.





H. SUDUT DWELL




Nyelakan mesin pada temperatur kerjanya pasang kabel merah tune up tester pada positif baterai , dan hitam pada negatif baterai, kemudian kabel hijau pada kondensor, serta kabel pick up pada kabel busi nomer 1 kemudian stel saklar pada dwell lalu baca hasilnya (sudut dwell = 52 +- 2)



I. PENYETELAN IGNITION TIMMING

Ambil lampu timming kemudian arahkan pada puli jika

sistem pengapian dan pembakaran pada mobil mesin bensin




Proses pengapian dan pembakaran pada mesin berbahan bakar bensin berbeda dengan mesin diesel. Pada mesin berbahan bakar bensin, bahan bakar dipompa ke dalam karburator atau injektor, dicampur dengan udara (O2) dan dikirimkan ke mesin untuk dinyalakan di dalam ruang bakar. Pembakaran terjadi karena campuran antara bahan bakar, udara (O2) dan dinyalakan oleh percikan bunga api listrik di dalam silinder oleh busi.
Komponen mobil yang berfungsi sebagai penyedia listrik adalah baterai (accu), altenator, koil (berfungsi untuk mengubah tegangan rendah menjadi tinggi dari 12 volt sampai hampir 30.000 volt), distributor (berfungsi untuk mengirimkan bunga api ke dalam silinder melalui busi). Distributor digunakan sebagai sistem mekanis pada mobil-mobil konvensional, sedangkan mobil-mobil modern sudah meninggalkan teknologi ini, dan menggunakan Electronic Control Unit (ECU) untuk mengatur sistem penyalaannya.